Latest News

Tuesday, March 7, 2017

PENDAPATAN NASIONAL


EKONOMI MAKRO


PENDAPATAN NASIONAL

PENDAHULUAN
Tolak ukur yang paling banyak dipakai untuk mengukur keberhasilan sebuah perekonomian antara lain adalah pendapatan nasional, produk nasional tingkat kesempatan kerja, tingkat harga dan posisi neraca pembayaran luar negeri. Dari berbagai tolak ukur tersebut yang menjadi perhatian ekonomu makro adalah pendapatan nasional atau national income, yang dalam artian tertentu nilainya tidak berbeda dengan produk nasional atau national product.
Kegiatan-kegiatan ekonomi yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk menghasilkan barang dan jasa yang diperlukan masyarakat. Apabila keseluruhan barang dan jasa yang dihasilkan selama satu tahun dihitung, maka akan diperoleh produk nasional atau pendapatan nasional. Barang dan jasa yang dihasilkan dalam suatu Negara dinyatakan dalam unit yang berbeda yaitu ada dalam ton, barel, helai dan sebagainya, dan oleh sebab itu untuk menentukan jumlahnya perlulah dinyatakan dalam nilai uang. Dengan demikian produk nasional atau pendapatan nasional adalah nilai barang akhir dan jasa akhir yang dihasilkan suatu Negara dalam satu tahun tertentu.
Ekonomi makro memusatkan perhatian dan analisanya kepada kegiatan ekonomi Negara ditinjau secara global, yaitu secara gambaran menyeluruh. Analisis ekonomi makro antara lain perlu menjawab pertanyaan-pertanyaann berikut: Adakah keseluruhan tingkat kegiatan ekonomi Negara mengalami pertumbuhan dan berapa cepatkah pertumbuhannya? Adakah tingkat pertumbuhan tersebut lebih baik atau lebih buruk dari masa lalu? Bagaimanakah prospeknya dimasa depan? Sektor-sektor manakah yang menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi yang berlaku?
Suatu perekonomian tidak akan dapat memberikan informasi dan menjawab pertanyaan seperti itu apabila tidak terdapat data mengenai produk nasional bruto, produk domestik bruto dan komponen – komponen lain dari konsep produk nasional atau pendapatan nasional tersebut. Setiap Negara akan mengumpulkan berbagai informasi mengenai kegiatan ekonominya agar secara kontinu dapat diperhatikan perubahan-perubahan tingkat dan corak kegiatan ekonomi yang berlaku.
Lebih dari itu penyelidikan tentang pendapatan nasional itu mempunyai beberapa peranan penting, antara lain adalah :
  • Pendapatan nasional itu merupakan alat pengukur bagi tinggi rendahnya tingkat hidup atau kemakmurannya suatu bangsa. Secara kuantitatif, tingkat hidup suatu masyarakat itu ditentukan oleh perbandingan nasional dengan jumlah penduduknya (pendapatan per capita).
  • Berguna untuk mengetahui struktur perekonomian Negara yang bersangkutan, seperti apakah agraris, industri dan sebagainya, dan besarnya peranan masing-masing sektor itu dalam komposisi pembentukan pendapatan nasional.
  • Berguna untuk menentukan dan kemudian menyusun berbagai kebijaksanaan yang lebih lanjut. Dari sektor pertanian umpamanya, kemudian dapatlah disusun berbagai kebijaksanaan pengadaan pangan, industri pupuk sebagai suatu penunjang pertanian, kebijaksanaan transmigrasi, irigasi dan sebagainya.
  • Dengan membandingkan antara neraca pendapatan nasional dengan neraca pembayaran internasional dapatlah diperoleh kesimpulan tentang sampai seberapa jauh kemanfaatan dan artinya hubungan ekonomi luar negeri terhadap perekonomian nasional.
  • Data – data kuantitatif tengtang output, pengeluaran masyarakat, konsumsi tabungan dan investasi, adalah merupakan landasan untuk menyusun perencanaan kegiatan ekonomi di masa mendatang.
  • Berguna untuk mengetahui dan memperbandingkan kegiatan ekonomi masyarakat itu sendiri dari tahun ke tahun (konjunktur).
Salah satu indikator telah terjadinya alokasi yang efisien secara makro adalah nilai output nasional (pendapatan nasional) yang dihasilkan sebuah perekonomian pada suatu periode tertentu. Sebab, besarnya output nasional dapat menunjukan beberapa hal penting dalam sebuah perekonomian.
Yang pertama, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang seberapa efisien sumber daya yang ada dalam perekonomian (tenaga kerja, barang modal, uang, dan kemampuan kewirausahawanan) digunakan untuk memproduksi barang dan jasa. Secara umum, makin besar pendapatan nasional suatu Negara, semakin baik efisiensi alokasi sumber daya ekonominya.
Yang kedua, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang produktivitas dan tingkat kemakmuran suatu Negara. Alat ukur yang disepakati tentang tingkat kemakmuran adalah output nasional per kapita. Nilai output perkapita diperoleh dengan cara membagi besarnya output nasional dengan jumlah penduduk pada tahun yang bersangkutan. Jika angka output perkapita makin besar, tingkat kemakmuran dianggap makin tinggi. Sementara itu alat ukur tentang produktivitas rata – rata adalah output per tenaga kerja. Makin besar angkanya, makin tinggi produktivitas tenaga kerja.
Yang ketiga, besarnya output nasional merupakan gambaran awal tentang masalah-masalah struktural (mendasar) yang dihadapi suatu perekonomian. Jika sebagian besar output nasional dinikmati oleh sebagian kecil penduduk, maka perekonomian tersebut mempunyai masalah dengan distribusi pendapatannya. Jika sebagian besar output nasional berasal dari sektor pertanian (ekstraktif), maka perekonomian tersebut berhadapan dengan masalah ketimpangan struktur produksi. Dalam arti, perekonomian harus segera memodernisaikan diri, dengan memperkuat industrinya, agar ada keseimbangan konstribusi antara sektor pertanian yang dianggap sebagai sektor ekonomi tradisional dengan sektor industri yang dianggap sebagai sektor ekonomi modern.
Itulah sebabnya perhitungan output nasional, yang lebih dikenal sebagai pendapatan nasional, merupakan pokok pembahasana awal dalam teori ekonomi makro. Tanpa memiliki pemahaman yang benar tentang konsep pendapatan nasional, kita tidak akan mungkin melakukan diskusi/pembahasan tentang model-model ekonomi makro. Apalagi tentang analisis kebijakannya. Istilah yang paling sering dipakai untuk pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB) atau Gross Domestic Product (GDP). Istilah tersebut merujuk pada pengertian :
“Nilai barang dan jasa akhir berdasarkn harga pasar, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berbeda (berlokasi) dalam perekonomian tersebut”.
PEMBAHASAN
Pendapatan nasional merupakan nilai barang dan jasa seluruhnya yang diproduksi dalam suatu perekonomian selama satu periode tertentu, biasanya satu tahun. Pendapatan nasional di Negara – Negara Asia Tenggara mengalami pertumbuhan yang pesat pada awal tahun 1990 an. Produk Domestik Bruto Indonesia pada tahun 2003 mengalami pertambahan sebanyak 4,1 persen. Dalam tahun 2003 Produk Nasional Bruto Indonesia bertambah lebih lambat dari yang dicapai di Thailand. Perhatikan istilah “Pendapatan Nasional”, “Produk Domestik Bruto”, dan “Produk Nasional Bruto” yang digunakan dalam pernyataan tersebut, contoh ini menunjukan bahwa terdapat beberapa konsep yang berkaitan dengan pendapatan nasional dan arti setiap konsep tersebut perlu benar-benar dipahami agar tidak timbul kesalahan dalam menafsirkan maksud pernyataan-pernyataan tersebut. Berikut ini akan diuraikan beberapa konsep penting mengenai pendapatan nasional.
  1. Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product)
Produk Domestik Bruto adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu Negara dalam suatu periode tertentu yang menjumlahkan semua hasil dari warga Negara yang bersangkutan ditambah warga Negara asing yang bekerja di Negara yang bersangkutan.
Di Negara – Negara berkembang yang sering juga dinamakan sebagai “Dunia Ketiga” konsep Produk Domestik Bruto adalah konsep yang paling penting kalau dibandingkan dengan konsep pendapatan nasional lainnya. Produk Domestik Bruto dapatlah diartikan sebagai nilai barang – barang dan jasa – jasa yang diproduksikan di dalam Negara tersebut dalam satu tahun tertentu.
Di dalam suatu perekonomian di Negara – Negara maju maupun di Negara – Negara berkembang barang dan jasa diproduksikan bukan saja oleh perusahaan milik penduduk Negara tersebut tetapi oleh penduduk Negara lain. Selalu didapati produki nasional diciptakan oleh faktor – faktor produksi yang berasal dari luar negeri. Perusahaan multinasional beroperasi di berbagai Negara dan membantu menaikan nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh Negara – Negara tersebut. Perusahaan multinasional tersebut menyediakan modal, teknologi, dan tenaga ahli kepada Negara dimana perusahaan itu beroperasi. Operasinya membantu menambah barang dan jasa yang diproduksikan di dalam Negara, menambah penggunaan tenaga kerja dan pendapatan dan sering kali juga membantu menambah ekspor. Operasi mereka merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian suatu Negara dan nilai produksi yang disumbangkannya perlu dihitung dalam pendapatan nasional. Dengan demikian, Produk Domestik Bruto atau dalam bahasa Inggrisnya Gross Domestic Product (GDP), adalah nilai barang dan jasa dalam suatu Negara yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara Negara tersebut dan Negara asing.
Produk Domestik Bruto menghitung hasil produksi suatu perekonomian tanpa memerhatikan siapa pemilik faktor produksi tersebut. Semua faktor produksi yang beralokasi dalam perekonomian tersebut output-nya diperhitungkan dalam Produk Domestik Bruto. Akibatnya Produk Domestik Bruto kurang memberikan gambaran tentang berapa sebenarnya output yang dihasilkan oleh faktor-faktor produksi milik perekonomian domestik.
Kita juga dapat mengenal GDP nominal dan GDP riil. GDP nominal adalah diukur dari produksi barang dan jasa akhir dengan harga – harga yang berlaku di masa sekarang. Sedangkan GDP riil adalah diukur dari produksi baeang dan jasa dengan harga-harga tetap, dimana ditetapkan di masa lampau dan berlaku sampai sekarang. GDP riil tidak dipengaruhi oleh perubahan harga, perubahan GDP riil merupakan ukuran dari perubahan produksi barang dan jasa. Ketika kita mengukur pertumbuhan ekonomi maka yang diukur adalah persentase dari pertumbuhan GDP riil. Sedangkan GDP nominal sudah dipengaruhi oleh perubahan harga atau kenaikan harga (inflasi).
  1. Produk Nasional Bruto (Gross National Product)
Produk Nasional Bruto (PNB) atau dalam bahasa Inggris dinamakan Gross National Product (GNP) adalah konsep yang mempunyai arti yang bersamaan dengan GDP, tetapi memperkiraan jenis – jenis pendapatan yang sedikit berbeda. Dalam menghitung Pendapatan Nasional Bruto, nilai barang dan jasa yang dihitung dalam pendapatan nasional hanyalah barang dan jasa yang diproduksikan oleh faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh warga Negara dari Negara yang pendapatan nasionalnya dihitung. Oleh karena faktor-faktor produksi yang dimiliki warga Negara suatu Negara terdapat di Negara itu sendiri maupun di luar negeri juga dihitung di dalam Produk Nasional Bruto. Tetapi sebaliknya, dalam Produksi Nasional Bruto tidak dihitung produksi yang diwujudkan oleh faktor-faktor produkdi milik penduduk atau perusahaan Negara lain yang digunakan di Negara tersebut.
Ini berarti secara konsepsual, pendapatan warga Negara Singapura yang bekerja di Indonesia dan keuntungan perusahaan multinasional Jepang yang beroperasi di Indonesia tidak termasuk dalam Produk Nasional Bruto Indonesia. Tetapi sebaliknya pendapatan pekerja-pekerja Indonesia yang bekerja di luar negeri termasuk dalam Produk Nasional Bruto Indonesia.
GNP adalah jumlah nilai, yaitu jumlah menurut harga pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat selama waktu satu tahun. Adapun barang yang dihasilkan itu dapat dibagi menjadi barang konsumsi dan barang modal atau barang investasi. Barang-barang konsumsi tersebut ada yang bersifat tahan lama, dan barang-barang konsumsi yang lekas rusak (tidak tahan lama). Sedangkan barang investasi itu sebagian untuk perluasan produksi, sehingga menambah peralatan produksi yang sudah ada, dan sebagian lagi untuk penggantian peralatan produksi yang sudah aus atau rusak.
Untuk menjumlahkan berbagai jenis barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu masyarakat itu, jelas tidak mudah, belum terdapat suatu alat pengukur yang dapat dipergunakan. Suatu alat yang Nampak sudah disepakati ialah nasional bruto, atau gross national product at market price. Dalam menghitung besarnya GNP at market price ini, haruslah diperhatikan jangan sampai terjadi perhitungan dobel (double accounting).
Contoh : dalam pembuatan roti.
Roti dibuat dari tepung dan tepung itu dibuat dari gandum. Bilamana kita menjumlahkan harga roti, harga tepung dan harga gandum, maka disini terjadi perhitungan dobel (dua kali). Sebab produksi gandum diperhitungkan lagi dalam produksi tepung dan kemudian tepung kemudian diperhitungkan lagi di dalam harga produksi roti. Ini tidak benar.
Perhitungan yang benar ialah nilai akhir atau nilai yang ditambahkan saja (value added). Jadi bilamana harga gandum yang akan dibuat roti itu Rp. 200, setelah menjadi tepung nilainya adalah Rp. 350, dan setelah menjadi roti nilainya adalah Rp. 475, maka hasil produksi roti itu adalah Rp. 475, (= nilai akhirnya) atau Rp. 200 + (Rp.350 – Rp.200) + (Rp.475 – Rp.350) = Rp. 475. Jadi perhitungan melalui penambahan value added, atau dengan menghitung nilai akhirnya, akan memberikan hasil yang sama.
GNP dapat juga dihitung secara at factor cost, yaitu GNP yang dihitung atas dasar penjumlahan ongkos – ongkos produksi yang dibayarkan kepada faktor – faktor produksi. GNP at factor cost ini berguna untuk mengetahui tentang bagaimana sumber-sumber produktif perekonomian dipergunakan dalam berbagai-bagai produksi.
Sudah barang tentu GNP at market price ini lebih besar dari pada GNP at factor cost, sebab dalam perhitungan GNP at market price itu adalah meliputi pajak-pajak tidak langsung, sehingga harga satu barang itu menjadi lebih tinggi. Perhitungan GNP at market price akan sama dengan GNP at factor cost, bilamana dalam GNP at market price itu dikurangi dengan pajak-pajak tidak langsung dan ditambah subsidi-subsidi dari pemerintah jika ada subsidi.
Secara lebih ringkas Produk Nasional Bruto ialah yang perhitungannya menjumlahkan semua nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh penduduk suatu Negara tersebut ditambah dengan penduduk suatu Negara tersebut yang berada di luar negeri (misal, untuk kasus Indonesia, apa yang dihasilkan oleh penduduk Indonesia yang berada dalam wilayah Indonesia ditambah apa yang dihasilkan oleh warga Negara Indonesia yang bekerja di luar negeri).
GNP adalah jumlah dari seluruh nilai barang dan jasa akhir berdasarkan harga pasar yang dihasilkan dalam setahun. Dalam jumlah barang akhir itu termasuk barang konsumsi maupun barang modal. Barang modal yang dimaksud meliputi barang modal baru yang merupakan tambahan pada jumlah peralatan modal yang sudah ada, barang modal untuk mengganti sebagian atau seluruh peralatan barang yang lama.
Tiap tahun diadakan dan dijalankan penyusutan atas barang modal (gedung, pabrik, mesin, dsb). Karena peralatan sudah rusak atau sudah tua dari sudut tehnis, ataupun perusahaan yang bersaing sudah bekerja dengan mesin yang jauh lebih modern. Dengan demikian mereka dapat menghasilkan lebih banyak. Dengan begitu harus menggunakan peralatan yang modern, agar dapat bersaing dengan perusahaan lain.
GNP terdiri dari nilai output yang kini di produksi. Jadi dalam hal ini tidak termasuk transaksi-transaksi dari komoditi yang sudah ada seperti barang antik atau rumah-rumah yang telah dibangun. Kita menghitung konstruksi rumah baru sebagai bagian dari GNP, tetapi kita tidak menambahkan penjualan rumah bekas. Akan tetapi kita tetap menghitung nilai dari upah makelar dalam penjualan rumah yang ada sebagai bagian dari GNP. Makelar tersebut memberikan jasa saat ini untuk mempertemukan pembeli dan penjual dan hal itu sepatutnyalah merupakan bagian dari output saat ini.
GNP menilai barang pada harga pasar (market price). Harga pasar dari banyak barang mencakup pajak tak langsung seperti pajak penjualan dan cukai, sehingga harga pasar tidak sama dengan harga yang diterima oleh penjual barang itu. Harga dikurangi pajak tak langsung merupakan biaya faktor produksi, yang merupakan jumlah yang diterima oleh faktor produksi yang menerima barang, membuat barang tersebut. GNP dinilai pada harga pasar dan bukan pada biaya faktor produksi. Hal ini menjadi penting bila kita menghubungkan GNP dengan pendapatan yang diterima oleh faktor produksi.
Penilaian pada harga pasar merupakan prinsip yang tidak diterapkan secara seragam karena ada beberapa komponen dari GNP yang sulit untuk dinilai. Tidak ada cara yang tepat dalam jasa-jasa housepersons (yang melakukan pekerjaan rumah tangga) atau self-administered haircut (pemangkas rambut yang berusaha sendiri), atau jasa polisi atau pegawai negeri. Beberapa dari kegiatan ini dibuang begitu saja dari GNP yang dinilai pada saat ini, seperti misalnya jasa housepersons. Pelayanan pemerintah dinilai atas dasar biaya yang dikelurkan, dengan demikian gaji pegawai negeri diambil untuk mewakili kontribusi mereka pada GNP. Tidak ada satupun prinsip yang seragam dalam memecahkan masalah ini, melainkan sejumlah konvensi yang digunakan.
Terdapat pula GNP riil dan nominal. GNP riil mengukur perubahan-perubahan output fisik di dalam perekonomian antara periode waktu yang berbeda dengan menilai semua barang yang diproduksi dalam dua periode itu pada harga yang sama, atau pada dollar/rupiah yang konstan. Sedangkan GNP nominal mengukur nilai output dalam suatu periode tertentu menurut harga pasar pada periode tersebut, atau kadang-kadang disebut current dollars (dollar saat ini).
Masalah – Masalah Pengukuran GNP
Dalam prakteknya data GNP digunakan tidak hanya sebagai ukuran berapa banyak yang sedang diproduksi, tetapi juga sebagai ukuran kesejahteraan penduduk suatu Negara. Para pakar ekonomi dan politikus berbicara seolah-olah adanya kenaikan GNP riil berarti rakyat lebih baik keadaannya. Akan tetapi data GNP sama sekali bukanlah ukuran yang sempurna baik untuk output perekonomian maupun kesejahteraan (welfare). Berikut ini uraian mengenai kekurangan dalam mengukur beberapa output dan kemudian kegunaan GNP sebagai tolok ukur kesejahteraan ekonomi.
  1. Output yang diukur secara keliru
Sebagian besar kesulitan dalam mengukur GNP timbul karena beberapa output tidak berjalan melalui pasar. Telah kita perhatikan bahwa produksi pemerintah merupakan penilaian atas biaya (harga pokok). Ini disebabkan karena banyak output pemerintah yang tidak dijual ke pasar, atau karena tidak adanya tolok ukur pembanding yang dapat memungkinkan untuk memperkirakan nilai output pemerintah. Bagaimana kita dapat mengukur nilai output keamanan dari serbuan musuh yang dianggap dihasilkan oleh biaya pertahanan/keamanan? Tetapi ada juga masalah konsepsi yang perlu dipikirkan dengan kebanyakan output pemerintah. Kita masukkan dalam GNP nilai upah/gaji yang dibayarkan kepada polisi dan angkatan bersenjata. Anggaplah terdapat peningkatan dalam keamanan umum dan polisi ditarik dari angkatan kepolisian dan disuruh bekerja membuat kembang gula dengan gaji yang sama. GNP tidak akan berubah. Tetapi output barang dan jasa yang berguna dalam perekonomian pasti cenderung akan naik.
Masalahnya dalam kasus ini adalah bahwa kita pada umumnya tidak mengurangi output negatif dari GNP. Kita tidak akan mencoba untuk menilai kemerosotan keamanan umum yang mengharuskan adanya penambahan angkatan kepolisian. Kita juga tidak mengurangkan dari GNP nilai dari polusi yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik dan kendaraan. Kesemuanya ini merupakan output negative, tetapi mereka tidak terlihat dalam perhitungan GNP. Seandainya kita dengan satu atau lain cara dapat menilai jumlah dari keamanan umum yang diberikan oleh masyarakat, maka pergeseran para pekeja yang keluar dari angkatan ke polisian sebagai akibat meningkatnya keamanan umum pasti akan kentara sebagai peningkatan GNP. Demikian pula peningkatan mutu lingkungan dalam tahun 1979-an akan terlihat telah meningkatkan output pada kurun waktu itu.
Kegiatan yang bukan kegiatan sukarela, juga tidak dimasukkan dalam GNP. Disini kategori yang paling penting adalah nilai pekerjaan yang dikerjakan di rumah oleh anggota rumah tangga. GNP yang diukur akan naik bila seseorang berhenti membersihkan rumahnya sendiri dan sebagai gantinya menunjuk cleaning service (perusahaan jasa pembersihan) untuk melaksanakan tugas itu. Akan tetapi, output perekonomian belum benar-benar naik.
  1. Sistem Perhitungan Pendapatan Total
Professor Robert Eisner dari Universitas Northwestern telah menyelesaikan tugas berat menghitung kembali GNP untuk mengoreksi beberapa masalah pokok seperti dikemukakan di atas. Terutama ia mengeluarkan jasa pertahanan dan kepolisian dari nilai output nasional, dengan anggapan bahwa jasa itu merupakan produk antara, dan ia memasukkan beberapa jenis pekerjaan yang sekarang ini tidak dimasukkan ke dalam perhitungan GNP.
Menurut sistem perhitungan pendapatan total (total income system of account, TISA) yang dilakukan Eisner, GNP untuk tahun 1981 adalah 4.560 milyar dollar AS, dibandingkan dengan 2.945 milyar dollar yang diperkirakan secara resmi. Perbedaan paling besar dari perhitungannya timbul karena nilai penyajian makanan, mencuci, dan menyetrika pakaian, memelihara anak dan pekerjaan lain yang tidak dipasarkan yang dikerjakan di rumah sebesar 944 milyar dollar. Eisner juga memasukkan nilai sebesar 284 milyar dollar sebagai output yang dihasilkan karena para mahasiswa belajar di perguruan tinggi.
  1. Masalah Perubahan Kualitas
Menilai GNP riil tidaklah banyak mengandung kesulitan, apabila yang dikerjakan hanyalah masalah perhitungan ataupun penimbangan pisang dan jeruk. Akan tetapi, perubahan kualitas barang yang diproduksi dari waktu ke waktu menimbulkan kesulitan yang demikian besar dalam pengukuran GNP riil.
GNP Riil Sebagai Ukuran Kesejahteraan
Kegunaan kedua dari GNP ialah sebagai suatu ukuran kesejahteraan ekonomi (measure of economic welfare = MEW) atau kesejahteraan penduduk suatu Negara. Pada waktu GNP naik, diasumsikan bahwa rakyat secara materi makin bertambah baik posisinya. Tentu saja pertama-tama kita perlu membagi GNP riil dengan jumlah penduduk untuk menggunakan GNP dalam pengertian tersebut. Ini adalah GNP perkapita (per orang) yang digunakan sebagai ukuran kesejahteraan.
Kesukaran – kesukaran dalam mengukur output non-pasar telah memberi kesan bahwa GNP riil per kapita adalah ukuran kesejahteraan ekonomi yang tidak sempurna. Tambahan pula GNP riil harus sesuai/disesuaikan untuk mencakup nilai dari waktu senggang. Jika nilai output turun karena orang telah memutuskan bahwa mereka ingin bekerja lebih sedikit, itu belum tentu merupakan ukuran bahwa keadaan mereka menjadi lebih buruk. Banyak kemajuan ekonomi sepanjang abad yang lalu tercermin dengan menurunnya jam kerja satu minggu. Seratus tahun yang lalu rata-rata kerja persatu minggu jauh di atas 60 jam dan dibeberapa pabrik jam kerja per minggu di AS di bawah 40 jam. GNP riil harus disesuaikan untuk mencakup nilai meningkatnya waktu senggang yang dimiliki seseorang sebagai akibat dari jam kerja yang menurun, jika kita ingin menggunakannya sebagai tolak ukur kesejahteraan ekonomi.
Ukuran Kesejahteraan Ekonomi (Measure of Economic Welfare = MEW)
William Nordhaus dan James Tobin dari Yale bersama-sama dalam tahun 1972 menentukan perkiraan GNP riil, dengan sedapat mungkin menyesuaikannya terhadap output non-pasar dan yang terkait dengan buruknya output non-pasar serta terhadap jumlah yang meningkat dari waktu senggang yang sekarang dinikmati orang. Nilai MEW lebih besar dari pada nilai GNP. Tetapi secara kasar, MEW tumbuh lebih perlahan ketimbang GNP riil. Produksi tentang hal yang buruk (polusi) telah meningkat sepanjang periode tahun 1950-an dan tahun 1960-an, dan meningkatnya waktu senggang akan tumbuh lebih lamban dari pada
output barang dan jasa. MEW dan total perkiraan Eisner tidak diterbitkan secara teratur, jadi kita terus mengunakan GNP riil sebagai ukuran utama dari output perekonomian dan walaupun kita sadari kekurangannya sebagai ukuran bagaimana penampilan perekonomian dalam memenuhi kesejahteraan materi. Alasan mengapa hal ini dibenarkan oleh karena, disamping kurangnya pilihan, dalam jangka pendek, perubahan dalam GNP riil mungkin mempunyai arah yang sama dengan perubahan yang terjadi pada ukuran output lainnya.
  1. Produk Nasional Neto (Net National Product)
NNP sedikit berbeda dari GNP. Produksi barang modal untuk penggantian barang-barang modal yang lama tidak dimasukkan dalam NNP. Jadi NNP = GNP – replacement (atau – depreciation) NNP, merupakan tambahan netto pada jumlah barang lama, dan meliputi semua pajak yang dibayarkan kepada pemerintah.
Jumlah NNP dapat diperoleh dengan mengurangi GNP dengan barang modal untuk penggantian (= replacement, depreciation = penyusutan). Jelasnya NNP = barang konsumsi yang dihasilkan plus barang-barang modal baru, yang merupakan tambahan pada jumlah peralatan modal yang sudah ada (=investasi bersih). Jumlah barang modal yang ditambahkan dalam masyarakat dalam waktu satu tahun disebut gross investment atau investasi bruto. Gross investement minus depreciation = Net Investement.
Tentang penyusutan bagi peralatan produksi yang terpakai dalam produksi umumnya bersifar taksiran, sehingga mungkin saja tidak tepat sehingga menimbulkan kesalahan meskipun relative kecil. Keadaan demikian dapat menyebabkan tidak tepatnya perhitungan pendapatan nasional. Untuk memproduksi barang dan jasa dibutuhkan barang modal (capital goods). Inilah sebabnya sektor perusahaan (dunia usaha) harus melakukan investasi. Tujuan investasi tersebut adalah mengganti barang modal yang sudah aus (usang) dan menambah stok barang modal yang sudah ada.
Contoh :
Suatu mesin mempunyai masa pakai ekonomis 10 tahun dan penyusutannya ditaksir x %. Bila menurut kenyataannya mesin tersebut dapat dipakai kurang dari 10 tahun, misalnya 8 tahun, maka ini berarti bahwa penyusutan yang sebenarnya lebih besar dari pada penyusutan yang ditaksir, dan pendapatan nasional menjadi lebih besar, karena adanya selisih tersebut. Sebaliknya bilamana mesin tersebut dapat dipakai lebih lama dari pada 10 tahun misalnya 12 tahun, maka penafsiran penyusutan itu relatif terlalu besar.
  1. Pendapatan Nasional (National Income)
National Income adalah jumlah seluruh penerimaan para anggota masyarakat sebagai balas jasa, karena mereka itu turut serta dalam proses produksi masyarakat. Penerimaan-penerimaan ini antara lain adalah : upah, sewa tanah (rent) bunga untuk modal (interest) dan sebagainya. Besarnya NI ini = NNP minus pajak tidak langsung. Termasuk pajak tidak langsung adalah pajak penjualan, pajak peredaran, pajak import, pajak pembangunan I dan sebagainya. Pada pokoknya termasuk pajak tidak langsung adalah semua beban pajak yang dapat digeserkan pembayarannya kepada pihak lain. Pajak penjualan misalnya, siapa pembayarnya tidak lain adalah para pembeli barang-barang yang dibebani pajak tersebut. Hal demikian dapat terjadi dengan dinaikkannya harga barang tersebut. Beban pajak yang tidak dapat digeserkan pembayarannya kepada pihak lain, sehingga harus dibayar sendiri oleh si wajib pajak, seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan, dan sebagainya, adalah pajak tidak langsung. Dalam hal NNP oleh karena besarnya NNP itu diperhitungkan atas harga pasar, maka semua pajak dimasukkan dalam perhitungan atas harga pasar, maka semua pajak dimasukkan dalam perhitungan NNP. Bilamana Negara tidak memungut sejenis pajak apapun, maka besarnya NNP itu sama dengan jumlah seluruh penerimaan yang diterimakan kepada para pemilik faktor produksi (=NI).
Ketika membahas output nasional dengan metode pendapatan, telah dikatakan bahwa pendapatan nasional merupakan balas jasa atas seluruh faktor produksi yang digunakan. Angka pendapatan nasional dapat diturunkan dari angka Produk Nasional Neto. Untuk mendapatkan angka pendapatan nasional dari Produk Nasional Neto, harus mengurangi PNN dengan angka pajak tidak langsung dan menambahkan angka subsidi pajak tidak langsung harus dikurangkan, karena tidak mencerminkan balas jasa atas faktor produksi sedangkan subsidi harus ditambahkan karena merupakan balas jasa atas faktor produksi, tetapi tidak masuk dalam perhitungan PNN (NNP).
Contoh :
Suatu barang hasil produksi yang harganya di pasar Rp. 1.500,- biaya produksinya mungkin saja Rp. 1.460,- sedangkan selebihnya, yaitu Rp. 40,- merupakan pajak yang harus dibayarkan kepada Negara. Dan biaya produksi sebesar Rp. 1.460,- itu akan diterimakan atau dibayarkan kepada para pemilik faktor produksi, yang ikut serta dalam produksi barang tersebut. Dengan demikian menjadi jelas mengapa semua pajak harus dimasukan ke dalam perhitungan NNP, sedangkan jumlah yang diterima oleh para pemilik faktor produksi (=NNI) dengan sendirinya kurang dari NNP itu.
  1. Pendapatan Individu (Personal Income)
Personal Income adalah jumlah pembayaran yang diterima oleh para mereka yang ikut serta dalam proses produksi masyarakat. Tetapi personal income ini tidak sama dengan net national income (PI ≠ NNI).
Adapun perbedaannya adalah sebagai berikut : kenyataan adalah menunjukkan bahwa tidak semua pendapatan yang merupakan balas jasa atas faktor produksi masyarakat itu harus diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang bersangkutan, misalnya bagi para pemegang saham perseroan. Para pemegang saham itu sebenarnya mempunyai hak atas laba atau pendapatan yang diperoleh oleh perseroan tersebut. Dengan adanya kewajiban membayar pajak tersebut perseroan, maka pajak perseroan ini harus dibayar terlebih dahulu kepada Negara, sebelum pendapatan itu dibagikan kepada para pemegang saham. Pajak perseroan ini dibayarkan kepada pemerintah adalah untuk dan atas nama para pemegang saham, meskipun para pemegang saham itu sendiri kemudian masih juga dikenalkan pajak atas deviden mereka, yaitu pajak deviden.
Pendapatan pribadi dapat diartikan sebagai semua jenis pendapatan, termasuk pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan sesuatu kegiatan apapun, yang diterima oleh penduduk suatu Negara. Dari istilah pendapatan pribadi ini dapatlah disimpulkan bahwa dalam pendapatan pribadi telah termasuk juga pembayaran pindahan. Pembayaran tersebut merupakan pemberian – pemberian yang dilakukan oleh pemerintah kepada berbagai golongan masyarakat dimana para penerimanya tidak perlu memberikan suatu balas jasa atau usaha apapun sebagai imbalannya. Contoh pembayaran pindahan yaitu beasiswa dan dana pensiun.
Bagi suatu perseroan seperti CV, NV, Firma, umumnya pendapatan atau laba yang diperolehnya itu, tidak semuanya dibagikan kepada para anggota-anggotanya, atau para pemegang sahamnya. Melainkan ada sebagian dari pendapatan itu yang ditabung atau dimasukkan sebagai cadangan. Bagian laba atau pendapatan yang tidak dibagikan atau yang ditahan di dalam perusahaan ini disebut undistributed saving. Bagian pendapatan yang tidak dibagikan ini dimaksudkan untuk :
  1. Untuk expansi perusahaan;
  2. Untuk membayar hutang;
  3. Untuk menutup kerugian tahun-tahun yang lalu;
  4. Menjamin agar modal perseroan itu tetap tinggal besar;
Dengan adanya kemungkinan pembayaran pajak perseroan dan cadangan perusahaan atau tabungan perusahaan tersebut, maka jumlah deviden yang diterima oleh para pemegang saham tersebut sebenarnya adalah laba perseroan setelah dikurangi dengan :
  • Pajak perseroan
  • Laba perusahaan yang tidak dibagikan
  • Iuran untuk hari tua, pensiun, dan sebagainya
Sehingga oleh karena itu, maka pendapatan sebagai balas jasa para pemegang saham, adalah lebih besar atau melebihi jumlah yang mereka terima. Perbedaan itu karena adanya laba perseroan, laba yang tidak dibagikan atau yang ditaha dalam perusahaan dank arena adanya iuran-iuran untuk hari tua, pensiun, dan sebagainya.
Sebaliknya sering kali terjadi adanya pembayaran-pembayaran dari Negara yang dibayarkan kepada orang-orang tertentu, pembayaran mana bukan merupakan balas jasa atas keikutsertaannya dalam proses produksi tahun sekarang. Atau mungkin juga pembayaran oleh Negara itu didasarkan atas jasa-jasa orang tertentu di tahun-tahun yang lalu.
Pembayaran demikian antara lain misalnya :
  • Pembayaran atas jasa-jasa para bekas pejuang (veteran)
  • Pembayaran bunga atas hutang Negara
  • Pembayaran kepada para pengganggur, atau kepada mereka yang sudah melampaui usianya.
Pembayaran oleh Negara yang demikian ini disebut transfer payment. Selain pembayaran yang bersifat transfer payment tersebut di atas, sering kali pemerintah masih juga memberikan pembayaran-pembayaran yang bersifat sebagai social security payment, misalnya pembayaran untuk tunjangan kemahalan, pembayaran untuk menjamin kesehatan (medical care) dan sebagainya. Pembayaran demikian itu harus juga diperhitungkan dalam pendapatan nasional.
  1. Pendapatan Disposebel (Disposable Income)
Disposable Income ini adalah jenis pendapatan yang siap untuk segera dibelanjakan atau dikonsumsikan. Besarnya disposable income ini = personal income minus pajak langsung (pajak perseorangan) seperti pajak pendapatan, pajak kekayaan, dan sebagainya.
Apabila pendapatan pribadi dikurangi oleh pajak yang harus dibayar oleh para penerima pendapatan nilai yang tersisa dinamakan pendapatan disposebel. Dengan demikian pada hakikatnya pendapatan disposebel adalah pendapatan yang dapat digunakan oleh para penerimanya, yaitu semua rumah tangga yang ada dalam perekonomian, untuk membeli barang-barang dan jasa-jasa yang mereka ingini. Tetapi biasanya tidak semua pendapatan disposebel itu digunakan untuk tujuan konsumsi, sebagian darinya ditabung dan sebagian lainnya digunakan untuk membayar bunga pinjaman yang digunakan untuk membeli barang-barang secara mencicil. Seperti telah diterangkan sebelum ini, pembayaran bunga oleh konsumen ke atas pinjaman untuk membeli barang-barang secara mencicil tidak termasuk ke dalam Pendapatan Nasional karena pinjaman yang dilakukan oleh konsumen itu bukanlah digunakan untuk menciptakan pendapatan nasional. Secara singkat DI adalah pendapatan yang siap dibelanjakan oleh para penerimanya untuk membeli berbagai macam barang dan jasa sesuai keinginannya. Jadi DI = PI dikurangi pajak langsung. Pajak langsung itu adalah pajak pendapatan dan pajak kekayaan.
Dari penjelasan beberapa konsep pendapatan nasional tersebut di atas, dapat disederhanakan sebagai berikut :
  • Gross National Product (GNP) terdiri dari :
  1. Upah + tunjangan (wages and supplement to employess)
  2. Penghasilan perusahaan perseorangan (net income of unnim corporated enterprise)
  3. Persewaan rumah, tanah (rent)
  4. Bunga (interest)
  5. Devidend
  6. Net corporated profit (keuntungan perusahaan yang tidak dibagikan)
  7. Pajak perusahaan (indirect business taxes)
  8. Pajak tidak langsung (indirect taxes)
  9. Penyusutan (depreciation)
  • GNP ( – ) depreciation = NNP
(NNP = a s/d h)
NNP = barang konsumsi + net investment
  • NNP ( – ) indirect taxes = NNI
(NNI = a s/d g)
  • Personal Income = NNI
( – ) Net corporate profit
( – ) business tax
( – ) social security tax contribution
( + ) transfer payment
  • Disposable Income = Personal Income ( – ) pajak langsung
Masalah – Masalah yang Berhubungan dengan GNP
Masalah besarnya GNP adalah berhubungan dengan (a) luasnya atau besarnya (b) susunannya (c) stabilitas (d) bagian yang diterima oleh pada produsen, dan (e) bagian yang diterima oleh Negara, misalnya dalam bentuk pajak-pajak.
  • Luasnya atau besarnya GNP
Besarnya GNP suatu Negara adalah bergantung pada kekayaan alamnya, kecakapan rakyatnya, persediaan barang modal (investasi), ketenangan situasi politik, demikian pula faktor orde atau politik ekonomi yang dianut oleh Negara tersebut akan juga berpengaruh pada GNP nya.
  • Susunan GNP
Ini tergantung pada struktur ekonominya, seperti agrarian, industry, struktur jasa-jasa dan sebagainya, dan juga pada faktor kebutuhan-kebutuhan. Kegiatan perekonomian suatu bangsa itu akan banyak menuju pada produksi barang yang dibutuhkan di dalam negeri. Faktor pembentukkan modal, bagi setiap Negara adalah sudah seharusnya bila Negara tersebut melakukan penabungan untuk memperbesar investasinya di masa depan, makin besar savingnya makin besar pulalah investasinya. Faktor ini juga penting artinya dalam susunan GNP.
  • Stabilitas GNP
GNP sebagai barometer kehidupan ekonomi suatu bangsa jelas akan mengalami perubahan naik turun. Keadaan demikian dapat dilihat pada geraknya konjunktur (business cycle). Pada masa konjunktur tinggi (expansion prosperity). GNP akan meningkat, sedangkan pada masa depresi GNP akan menurun.
  • Bagian GNP yang diterima oleh para produsen
Proses produksi GNP terjadi karena kerjasamanya faktor-faktor produksi satu sama lain. Oleh sebab itu disini kemudian timbulah masalah berapakah dari GNP tersebut yang akan diterima oleh masing-masing pemilik faktor produksi (= masalah pembagian pendapatan)
  • Bagian GNP yang diterima oleh pemerintah
Pemerintah itu akan menarik sebagian dari GNP misalnya dalam bentuk pajak-pajak, untuk membiayai bermacam-macam kebutuhan pemerintah. Misalnya untuk membiayai barang-barang kebutuhan sosial (social overhead capital). Dalam hubungan ini, maka timbulah masalah perpajakkan, efek-efek perpajakkan dan sebagainya.
Perhitungan Pendapatan Nasional
  • Kesulitan Dalam Menghitung Pendapatan Nasional
Seperti halnya neraca dan perhitungan laba rugi suatu perusahaan, yang mencatat kegiatan – kegiatan suatu perusahaan, maka perhitungan mengenai pendapatan nasional adalah menunjukkan catatan – catatan tentang kegiatan ekonomis yang sungguh – sungguh telah terjadi (expost) dalam perekonomian suatu masyarakat selama periode waktu tertentu. Oleh karena sebagian besar kegiatan ekonomi masyarakat itu berlangsung dalam perusahaan, maka bahan-bahan untuk menghitung pendapatan nasional juga sebagian besar berasal dari sektor perusahaan. Pentingnya perhitungan pendapatan nasional itu disebabkan karena pendapatan nasional itu adalah sebagai barometer kegiatan ekonomi, dan tingkat kemakmuran suatu masyarakat. Untuk dapat mengetahui sampai seberapa jauh tingkat hidup sesuatu bangsa lain, maka besarnya pendapatan nasional masing-masing bangsa haruslah terlebih dahulu dapat diketahui.
Untuk kepentingan itulah maka timbulah kemudian cara-cara untuk menghitung pendapatan nasional. Umumnya dikenal adanya tiga cara untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu metode produksi (production approach), metode pendapatan (income approach), dan metode pengeluaran (expenditure approach).
Tetapi sebelum dikemukakan bagaimana bekerjanya tiga metode perhitungan tersebut, lebih dahulu dikemukakan kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi pada waktu hendak melaksanakan perhitungan dan penjumlahan pendapatan nasional.
Kesulitan – kesulitan itu antara lain :
  • Kurang lengkapnya statistik dari berbagai lapangan kegiatan ekonomi, ketidaklengkapan statistik yang dimaksudkan itu dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain : tidak lengkapnya data-data yang diperlukan untuk penyusunan statistik, kurang lengkapnya tenaga-tenaga statistikus yang diperlukan, kurangnya perhatian masyarakat akan arti pentingnya stastistik itu sendiri dan sebagainya.
  • Bahaya akan timbulnya perhitungan double (double accounting).
Suatu kesalahan yang mudah terjadi dalam waktu memperhitungkan pendapatan nasional ialah terbukukannya sesuatu hal secara dobel, yang pada sebenarnya hanya harus dibukukannya sekali saja. Misalnya pada suatu Negara itu menghasilkan kapas dan seluruh kapas itu diproduksikan menjadi suatu barang selesai, yaitu textile. Bilamana dalam menghitung pendapatan nasional dari Negara tersebut, kita masukkan juga harga kapas dan harga textilnya, disini terjadi pembukuan dua kali, sebab dalam harga textile itu sudah termasuk harga kapas. Agar supaya tidak terjadi pembukuan dobel, maka barang akhirnya haruslah dikurangi harga sesuatu barang akhir itu, adalah harga tambahan (value added) saja, yaitu jumlah dari harga-harga tambahan pada tiap tingkatan produksi, dan bahan mentah sampai menjadi barang akhir.
  • Sukarnya memisahkan secara jelas dan tegas antara barang akhir (final goods) dan barang antara (intermediate goods).
Contoh : kayu yang dipergunakan untuk memasak, adalah jelas sebagai barang pertengahan, sehingga dalam perhitungan pendapatan nasional adalah termasuk dalam harga makanan yang dimasak dengan kayu tersebut. Tetapi penggunaan kayu bakar untuk perapian guna penghangat badan di waktu dingin adalah konsumsi akhir.
Pengeluaran Negara untuk pembangunan jalan raya sebagai sarana perhubungan mestinya adalah termasuk sebagai barang antara, sehingga termasuk sudah perhitungannya itu di dalam harga barang-barang yang diangkut melalui jalanan tesebut. Akan tetapi di dalam praktek, pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran akhir, sehingga merupakan jumlah tersendiri di dalam perhitungan pendapatan nasional masyarakat itu.
Di atas dikemukakan tentang adanya tiga cara atau metode perhitungan pendapatan nasional, yaitu metode produksi, metode pendapatan, dan metode pengeluaran. Untuk mendapatkan penjelasan tentang letak dari ketida metode perhitungan tersebut, dan mengapa atau apakah sebabnya dapat terjadi ketiga metode perhitungan tersebut, diketengahkanlah disii tentang unsur atau komponen dari pendapatan nasional.
Bahwasanya hasil dari produksi bersama-sama dari suatu masyarakat atau jumlah dari barang-barang akhir dan jasa-jasa yang tiap tahunnya dihasilkan oleh suatu masyarakat, adalah penghasilan masyarakat tersebut. Bila hasil tersebut dikalikan dengan harganya masing-masing, maka jumlah tersebut adalah merupakan pendapatan nasional bruto. Bila pendapatan nasional itu dikurangi biayanya, maka diperolehlah pendapatan nasional bersih. Jadi pendapatan nasional adalah sama dengan jumlah harga bersih (net value) dari semua barang dan jasa-jasa.
Pendapatan nasional tersebut dapat juga dipandang dari segi lain, yaitu dari segi penerimaan dan dari segi pengeluaran. Dari sudut penerimaan, maka pendapatan nasional itu sama dengan jumlah pengeluaran biaya untuk faktor – faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi masyarakat (atau jumlah upah, sewa, bunga dan sebagainya yang diterima oleh para pemilik faktor-faktor produksi, seperti para pekerja, pemilik modal, pemilik tanah dan sebagainya).
Selanjutnya penerimaan-penerimaan atau pendapatan para pemilik faktor-faktor produksi itu akan dikeluarkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pengeluaran-pengeluaran ini terarah pada barang konsumsi dan barang-barang modal atau investasi. Jadi disini jelas bahwa pendapatan nasional itu dapat dipandang dari tiga sudut, yaitu :
  • Dari sudut barang yang dihasilkan (produksi)
  • Dari sudut penerimaan atau pendapatan, dan
  • Dari sudut pengeluaran
Bila demikian, maka oleh karena ada tiga pandangan terhadap suatu hal, maka ada tiga metode perhitungan. Hasil dari ketiga metode perhitungan itu akan sam, sebab yang dihitung itu pada hakikatnya adalah sesuatu yang sama.
  • Metode Perhitungan Pendapatan Nasional
  1. Metode Produksi
Dari segi produksi, maka pendapatan nasional itu diperoleh dengan cara mengalikan jumlah produksi dari masing-masing sektor dengan tingkat harganya masing-masing (dengan angka index), kemudian kita jumlahkan seluruhnya, atau dapat juga diperoleh dengan cara menjumlahkan secara total seluruh nilai tambahan (value added) dari semua sektor kegiatan ekonomi. Dalam hal ini haruslah dihindari agar jangan sampai terjadi pembukuan dobel dari suatu barang. Jelasnya demikian : oleh karena dalam setiap harga barang itu sudah termasuk harga materialnya (bahan baku, penolong dan sebagainya) maka dari harga sesuatu barang itu haruslah dikurangi dengan harga material-materialnya. Sisa pengeluaran inilah yang disebut nilai tambah atau nilai yang ditambahkan (value added) yang merupakan sumbangan dari sesuatu perusahaan terhadap pendapatan nasional. Bilamana harga sesuatu barang jadi adalah Rp. 3.000,- sedangkan harga materialnya Rp. 2.750,- maka nilai tambahannya adalah Rp. 250,- inilah yang disumbangkan pada pendapatan nasional oleh perusahaan barang-barang tersebut.
Untuk kepentingan perhitungan pendapatan nasional ini, maka perekonomian suatu masyarakat itu dibagi dalam sektor-sektor, yaitu :
  • Sektor perusahaan
  • Sektor yang mengkonsumir barang (=sektor perseorangan)
  • Sektor pemerintah dan
  • Sektor hubungan ekonomi luar negeri
Kemudian nilai produksi dari masing-masing sektor itu kita jumlahkan, maka jumlah itulah jumlah pendapatan nasional dari masyarakat tersebut.
  • Sektor Perusahaan
Yaitu sektor yang menghasilkan barang-barang/jasa-jasa yang kemudian diperdagangkan sesuai dengan harganya yang sedang berlaku pada masa itu.
TABEL 1
PERKIRAAN PRODUKSI DAN PENGHASILAN PERUSAHAN
(19…, dalam rupiah)
1.      Upah dan gaji                       Rp.
2.      Iuran jaminan sosial             Rp.
3.      Penghasilan di luar perusahaan, dan penyesuaian nilai persediaan
Rp.
4.      Sewa                                     Rp.
5.      Bunga                                   Rp.
6.      Laba perseroan yang terdiri dari :
ü  Pajak perseroan
ü  Deviden
ü  Laba yang tidak dibagi     Rp.
7.      Penghasilan yang dibentuk     Rp.
8.      Pajak tidak langsung               Rp.
9.      Beban atas produk neto         Rp.
10.  Penyusutan                             Rp.
11.  Beban atas produk bruto       Rp.
Penjualan kepada :
12.  Konsumen                          Rp.
13.  Pemerintah                         Rp.
14.  Luar negeri                         Rp.
15.  Antar perusahaan               Rp.
16.  Perubahan-perubahan dalam persediaan                           Rp.
17.  Produksi Bruto                   Rp.
Keterangan :
  1. Pos-pos sebelah kanan adalah angka-angka penjualan produk akhir dari seluruh perusahaan yang digolongkan menurut pembeli-pembelinya.
  2. Pos-pos sebelah kiri menunjukkan seluruh biaya yang harus dipikul oleh perusahaan dalam menghasilkan barang-barang yang kemudian di jual, seperti di sebelah kanan.
  3. Pos no.7 yaitu pendapatan yang dibentuk, adalah = hasil penjumlahan dari no. 1 sampai dengan no.6, yaitu jumlah biaya untuk faktor-faktor produksi yang dipergunakan dalam perusahaan.
  4. 7 + no.8 = no. 9
  5. 9 + no. 10 = no. 11
  6. 10 (penyusutan) itu adalah bersifat taksiran
  7. Jumlah no. 11 itu ditunjukkan juga (=sama besarnya) dengan no. 17 di sebelah kanan.
  • Sektor Perseorangan
Sektor ini adalah meliputi lembaga-lembaga yang tidak bersifat perusahaan, yaitu umpamanya keluarga, lembaga-lembaga pendidikan, lembaga-lembaga sosial lain dan sebagainya. Rekening-rekening atau catatan-catatan dalam sektor ini dengan sendirinya akan cukup sederhana saja, sebab tidak mengukur produksinya, seperti halnya di dalam sektor perusahaan. Hal mana akan ternyata seperti dalam contoh berikut :
TABEL 2
PERKIRAAN PENGHASILAN DAN PRODUKSI PERSEORANGAN
(Tahun 19…, dalam jutaan rupiah)
1.      Upah, gaji, dan tunjangan     Rp.
2.      Bunga yang dibayarkan         Rp.
3.      Penghasilan yang dibentuk   Rp.
4.      Produksi bersih dan bruto yang dibentuk                             Rp.
Keterangan :
Unsur ongkos di dalam sektor perseorangan (personal sector) di samping pembayaran upah, ialah bunga yang dibayar oleh dunia rumah tangga dan lembaga-lembaga kepada kreditur yang bukan pribadi (non personal lender). Misalnya bunga yang dibayar dalam sistem cicilan. Itulah perhitungan yang ada dalam sektor perseorangan.
  • Sektor Pemerintah
Untuk sektor pemerintah adalah seperti halnya sektor perseorangan, pencatatannya adalah cukup sederhana saja, yaitu menghitung jasa-jasa yang di beli. Bunga yang dibayar oleh pemerintah, karena hutang-hutangnya tidaklah diperhitungkan, sebab pembayaran tersebut tidak untuk jasa-jasa produksi sekarang.
Contoh catatan dari sektor pemerintah itu adalah sebagai berikut :
TABEL 3
PERKIRAAN PENGHASILAN DAN PRODUKSI PEMERINTAH
(Tahun 19…, dalam jutaan rupiah)
1.      Upah, gaji dan tunjangan       Rp.
2.      Pendapatan yang dihasilkan   Rp.
3.      Produk bruto dan neto yang dihasilkan                            Rp.
Pendapatan yang dihasilkan adalah penjumlahan dari upah dan gaji yang dibayarkan oleh pemerintah kepada para pegawai negeri dan angkatan bersenjata. Jumlah no.2 = no.3. Bilamana pengeluaran dan penghasilan pemerintah itu kemudian dihubungkan dengan sektor-sektor lain, maka akan nampaklah catatan-catatan berikut :
TABEL 4
PERKIRAAN KONSOLIDASI PENERIMAAN DAN PENGELUARAN PEMERINTAH
(Tahun 19…, dalam jutaan rupiah)
Pembelian jasa-jasa langsung :
1.      Upah                                     Rp.
2.      Sumbangan sosial                 Rp.
3.      Penghasilan yang dibentuk   Rp.
4.      Pembelian dari perusahaan   Rp.
5.      Pembelian dari LN               Rp.
6.      Pembayaran transfer             Rp.
7.      Bunga yang dibayar             Rp.
8.      Pengeluaran pemerintah       Rp.
9.      Pajak-pajak perseorangan   Rp.
10.  Pajak perseroan                   Rp.
11.  Pajak tidak langsung           Rp.
12.  Sumbangan sosial dari semua perusahaan                           Rp.
13.  Defisit (+) atau surplus       Rp.
14.  Penerimaan pemerintah dan surplus                                  Rp.
Dalam tabel di atas ini ditunjukkan pula pos-pos untuk transaksi-transaksi yang tidak dimasukkan dalam perhitungan produksi nasional.
Pengeluaran-pengeluaran yang relatif besar selain untuk gaji dan upah, adalah untuk pembelian barang-barang dan jasa-jasa dari sektor perusahaan dan luar negeri. Adapun penerimaan yang penting adalah pajak perseroan, perseorangan dan pajak-pajak tidak langsung.
  • Sektor Luar Negeri
Di dalam proses ekonomi dewasa ini, perhubungan ekonomi dengan luar negeri atau lalu lintas ekonomi dengan luar negeri, adalah penting sekali. Oleh karena itu dalam perhitungan pendapatan nasional, sektor luar negeri ini dengan sendirinya harus juga diperhitungkan.
Sebab dapat saja terjadi bahwa sebagian faktor produksi yang ada di dalam suatu Negara itu sebagian atau seluruh bagian dari faktor tersebut adalah milik Negara atau orang asing. Sebaliknya mungkin saja terjadi bahwa penduduk suatu Negara tersebut itu memiliki faktor-faktor produksi yang beroperasi di Negara lain.
Dengan adanya kemungkinan-kemungkinan tersebut maka dilakukanlah pencatatan-pencatatan sebagai berikut :
TABEL 5
PERKIRAAN DAN PENGHASILAN SEKTOR LUAR NEGERI
(Tahun 19…, dalam jutaan rupiah)
1.      Upah dan gaji neto             Rp.
2.      Bunga neto                        Rp.
3.      Deviden neto                       Rp.
4.      Laba neto                             Rp.
5.      Pendapatan yang           (+)____
dihasilkan                           Rp.
6.      Produk neto dan bruto yang dihasilkan                           Rp.
Jumlah no. 5 = no.6 = no.1 + no.3 + no.4
Bilamana perkiraan luar negeri itu dihubungkan dengan sektor-sektor lain adalah sebagai berikut :
TABEL 6
PERKIRAAN LUAR NEGERI (TAHUN 19…)
Pembayaran bersih
1.      Upah dan gaji                       Rp.
2.      Bunga                                  Rp.
3.      Deviden                               Rp.
4.      Profit                                   Rp.
5.      Pendapatan yang dibentuk   Rp.
6.      Pembelian bersih dari sektor perusahaan perseorangan dan pemerintah                           Rp.
7.      Pembayaran bersih total       Rp.
8.      Jumlah investasi LN         Rp.
Dengan dasar neraca 6 tersebut, maka dapatlah diperhitungkan berapa besarnya pembayaran dari dan ke luar negeri.
NERACA PENDAPATAN DAN PRODUK NASIONAL
Setelah kita memperoleh angka-angka tentang pendapatan yang dihasilkan dan produk neto dan bruto dan ke empat sektor tersebut di atas, maka dapatlah kemudian dibuat suatu perkiraan tentang produksi dan penghasilan nasional, perkiraan mana adalah sebagai berikut :
TABEL 7
PERKIRAAN PENGHASILAN DAN PRODUKSI NASIONAL ATAS DASAR SEKTOR ASALNYA TAHUN 19 . . .
(DALAM RUPIAH)
Penghasilan yang dibentuk dari :
1.      Sektor perseorangan (3,2)                         =
2.      Sektor perusahaan (7,1)                             =
3.      Sektor pemerintah (2,3)                           =
4.      Sektor Luar Negeri (5,5)                           =
5.      Penghasilan nasional                             =
6.      Pajak perusahaan tidak langsung           =
7.      Beban untuk NNP (produksi nasional bersih)                                                      =
8.      Penyusutan                                            =
9.      Beban untuk GNP                                  =
10.  Sektor perseorangan (4,2)                         =
11.  Sektor perusahaan (7,1)                             =
12.  Sektor pemerintah (2,3)                          =
13.  Sektor Luar Negeri (5,5)                           =
14.  Produksi nasional bruto (GNP)               =
Keterangan :
Nomor-nomor di belakang tiap pos dalam tabel 7 itu adalah menunjukkan nomor pos dalam tabel yang bersangkutan dari mana angka itu dipindahkan.
Contoh :
(3,2) ini maksudnya pos nomor 3 dari tabel 2.
Apabila jumlah pendapatan nasional (=NI) ditambah dengan pajak tidak langsung, hasilnya adalah =NNP. Selanjutnya bilamana NNP itu ditambah (+) dengan penyusutan, hasilnya = GNP.
Metode produksi digunakan untuk menentukann besarnya pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan nilai produksi yang dihasilkan oleh sektor-sektor produktif. Untuk Indonesia sektor produktif terdiri atas 9 atau terkadang 11 lapangan usaha (digunakan oleh BPS Indonesia). Adapun sektor yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut :
  1. Pertanian / agriculture
  2. Pertambangan dan penggalian / minning and quarrying
  3. Industri pengolahan / manufacturing industries
  4. Listrik, gas, dan air bersih / electric, gas and water supply
  5. Bangunan / contruction
  6. Perdagangan, restoran, dan hotel / trade, restaurant and hotel
  7. Pengangkutan dan komunikasi / transportation and communication
  8. Keuangan, persewaan bangunan dan jasa perusahaan / finance, rent of building and bussines service.
  9. Jasa-jasa / services.
Secara matematis metode produksi dapat dituliskan dalam suatu persamaan berikut :
Y = ∑ Pqn. Qin
Y = Pq1.Q1 + Pq2.Q2 + Pq3.Q3 . . . . . + Pq9.Q9
Dimana :
Pqn      = harga dari produk sektor n
Q1, Q2, Q3             = jumlah produk dari masing-masing sektor
Untuk menghindari terjadinya perhitungan ganda dalam metode ini, maka yang dilakukan adalah hanya menjumlahkan nilai tambah (value added) dari masing-masing sektor produksi tersebut atau menjumlahkan nilai akhir dari hasil produksi tersebut sehingga dapat di tulis :
Y = ∑ NTB1-9 = NTB1 + NTB2 + NTB3 + . . . . . + NTB9
Contoh menghitung nilai tambah bruto adalah sebagai berikut (harga bersih).
  • Biji gandum /kg dijual Rp. 1.500,-
  • Gandum diolah menjadi terigu /kg dijual Rp. 2.000,-
  • Terigu /kg diolah menjadi roti dijual Rp. 3.000,-
  • Roti dari bahan terigu /kg dijadikan roti bakar dijual Rp. 3.500,-
Berdasarkan informasi tersebut, maka besarnya nilai tambah bruto dari kegiatan menjual sejak gandum hingga ke roti bakar adalah :
Rp. 1.500 + (Rp. 2.000 – Rp. 1.500) + (Rp. 3.000 – Rp. 2.000) + (Rp. 3.500 – Rp. 3.000)
= Rp. 1.500 + Rp. 500 + Rp. 1000 + Rp. 500
= Rp. 3.500,-
Perhatikan bahwa nilai ini sama dengan nilai jual dari roti bakar. Inilah yang dimaksud nilai tambah bruto dari suatu produk. Hasil perhitungan dengan menggunakan pendekatan produksi sering dinamakan atau disebut sebagai produk domestik bruto = PDB (gross domestic product = GDP).
Menghitung besar pendapatan nasional dengan mengumpulkan data-data hasil produksi akhir di setiap sektor dalam suatu periode tertentu yang dinilai berdasarkan harga pasar, dan kemudian semua niali akhir dijumlahkan. Penilaian terhadap barang akhir adalah barang-barang yang dibeli dan digunakan langsung oleh konsumen, seperti : beras, pakaian, pengobatan dokter, dan jasa tukang rambut. Kita gunakan harga pasar sebagai bobot dalam menghitung dan menjumlahkan berbagai komoditi fisik dan jasa, karena harga pasar mengungkapkan nilai ekonomi relatif dari berbagai jenis barang dan jasa. Nilai produksi dari masing-masing sektor kita jumlahkan, maka jumlah itulah pendapatan nasional dari segi produksi. Nilai pendapatan nasional yang diperoleh dengan cara ini dinamakan Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product = GDP).
Cara produksi ini kita harus menghindari perhitungan ganda (double accounting), kita berasumsi perekonomian dengan satu sektor saja yaitu produksi gandum. Tepung terigu yang dibuat roti merupakan intermediet goods (barang menengah). Dengan cara nilai tambah, kita tidak bisa menjumlahkan nilai dari gandum yang dijual ke pabrik tepung terigu dan nilai dari tepung terigu yang dijual kepada pabrik roti dan juga nilai roti merupakan barang akhir sebagai bagian dari GNP. Tetapi yang kita lakukan adalah nilai dari gandum yang diproduksi oleh para petani dihitung sebagai bagian dari GNP dengan asumsi petani gandum tidak mengeluarkan biaya. Selanjutnya nilai tepung yang dijual oleh pabrik tepung dikurangi biaya gandum adalah merupakan nilai tambah dari pabrik tepung. Kemudian nilai roti dijual kepada konsumen roti dikurangi biaya pabrik roti (tepung terigu) adalah merupakan nilai tambah bagi pabrik roti. Jumlah nilai tambah inilah yang merupakan pendapatan nasional dari sub sektor roti.
Perlu diingat bahwa nilai tambah bukanlah nilai produksi dikurangi dengan nilai seluruh biaya. Nilai produksi dikurangi dengan nilai seluruh biaya adalah hanya merupakan laba saja. Tetapi pendapatan dengan cara nilai tambah adalah penjumlahan dari upah, sewa, bunga, dan laba perusahaan.
  1. Metode Pendapatan
Metode pendapatan ini adalah suatu metode perhitungan pendapatan nasional dengan cara menghitung jumlah pendapatan dari seluruh warga masyarakat yang berasal dari penggunaan faktor-faktor produksi.
Di atas sudah diterangkan bahwa untuk dapat berlangsungnya proses produksi dalam masyarakat itu diperlukan berbagai faktor produksi, seperti tanah, modal, tenaga dan pengusaha (entrepreneur). Faktor-faktor produksi itu yang telah dipergunakan dalam proses produksi, diberikan balas jasa, yang masing-masingnya bernama : sewa, bunga, upah, dan gaji dan keuntungan. Kesemuanya balas jasa – balas jasa ini jadinya kembali ke masyarakat sebagai pendapatan. Perhitungan balas jasa atas faktor-faktor produksi inilah yang dimaksud sebagai metode pendapatan dalam perhitungan pendapatan nasional.
Di Negara-Negara yang maju, dalam mana administrasi perpajakannya sudah demikian maju dan tertibnya, kesadaran tentang pentingnya arti perpajakan pun sudah demikian tingginya, maka jumlah dari pendapatan ini dapat diketahui melalui pajak pendapatan (income tax) bagi pendapatan perseorangan. Untuk perusahaan angka pendapatan itu diperoleh dari laporan pendapatan (income statement) dan pajak perusahaan, sedangkan untuk pemerintah, dapat diketahui dari realisasi anggaran belanja dan pendapatan Negara itu sendiri. Adapun persesuaian antara metode produksi dan metode pendapatan dalam perhitungan pendapatan nasional itu adalah sebagai berikut :
Dari segi produksi :
GNP    = Gross National Product, adalah meliputi barang-barang dan jasa yang dihasilkan oleh seluruh warga Negara suatu Negara, baik yang ada di dalam negeri ataupun yang ada di luar negeri.
Barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan asing yang ada di Negara tersebut, tidak dimasukkan dalam GNP Negara tersebut.
Gross               = bruto, karena belum dikurangi penyusutan.
National          = nasional, kewarganegaraan suatu Negara.
Product           = karena yang dihitung adalah barang atau jasa-jasa.
GDP    = Gross Domestic Product = Barang-barang atau jasa yang dihasilkan oleh sesuatu Negara dalam wilayah Negara tersebut, baik perusahaan nasional atau perusahaan asing. Untuk kepentingan analisa GNP maka hasil produksi perusahaan-perusahaan asing dimasukkan dalam perhitungan GNP.
Selisih antara GDP dengan GNP adalah pembayaran ke luar negeri (dikurangi dengan pembayaran dari luar negeri kalau ada). Ini disebut Net factor income to abroad (pendapatan neto terhadap luar negeri dari faktor produksi islitah BPS). Jadi GDP minus Net faktor income to abroad ini = GNP. Bilamana GDP suatu Negara lebih besar dari pada GNP-nya, ini berarti bahwa penanaman modal asing dalam Negara tersebut lebih besar dari pada penanaman modal Negara itu di Negara lain (di luar negeri). Sebaliknya bilamana untuk sesuatu Negara itu GDP lebih kecil dari GNP-nya, maka investasi Negara itu di luar negeri lebih besar dari pada seluruh investasi asing di Negara tersebut.
GNP (–) penyusutan = NNP
Dari segi pendapatan :
Sejalan dengan pengertian GNP dan GDP tersebut di atas, maka ada pula GNI dan GDI. Dan GDP = GDI ; dan GNP = GNI.
GNI minus penyusutan = pendapatan nasional (National Income = NI)
Jadi NNP = NI
Metode ini menjumlahkan semua pendapatan dari faktor-faktor produksi dalam perekonomian yaitu manusia (TK), modal, tanah, dan skill. Bila tenaga kerja menghasilkan upah (wages = W), modal menghasilkan bunga (interest = I), dan tanah meghasilkan sewa (rent = R), dan skill atau entrepreneurships menghasilkan keuntungan (profit = P), maka secara matematis dapat di tulis :
Y = YW + YI + YR + YP
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode pendapatan sering dinamakan sebagai pendapatan nasional (PN = National Income = NI).
  1. Metode Pengeluaran
Menurut metode pengeluaran ini, maka pendapatan nasional suatu masyarakat itu. dapat juga diperhitungkan dari seluruh pengeluaran yang dilakukan oleh seluruh lapisan masyarakat tersebut.
Adapun pengeluaran masyarakat dapat dibedakan menjadi :
  • Pengeluaran konsumsi (perseorangan dan perusahaan)
  • Pengeluaran konsumsi Negara (pusat maupun daerah)
  • Investasi domestic bruto seperti persediaan barang-barang dan alat-alat produksi tahan lama.
  • Minus investasi asing bila ada
  • Export minus import.
Perhitungan pendapatan nasional yang dilakukan oleh Biro Pusat Statistik (BPS) ialah dengan cara mengumpulkan jumlah produksi dari berbagai sektor kegiatan ekonomi.
Sektor-sektor itu ialah :
  • Sektor pertanian kehutanan dan pertanian
  • Sektor pertambangan dan penggalian
  • Industri
  • Bangunan
  • Listrik dan gas
  • Pengangkutan dan komunikasi
  • Perdagangan besar dan eceran
  • Bank dan Lembaga keuangan lainnya
  • Sewa rumah
  • Pemerintah dan pertahanan
  • Jasa-jasa
Adapun harga yang dipakai sebagai dasar perhitungan adalah harga pasar setempat. Bilamana catatan harga di pasar ini tidak tersedia maka yang dipergunakan adalah harga-harga perdagangan besar.
Menurut metode pengeluaran, nilai PDB merupakan nilai total pengeluaran dalam perekonomian selama periode tertentu. Menurut metode ini ada beberapa jenis pengeluaran agregat dalam suatu perekonomian :
  • Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
  • Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
  • Pengeluaran Investasi (Investment Expenditure)
  • Ekspor Neto
  • Konsumsi Rumah Tangga (Household Consumption)
Pengeluaran sektor rumah tangga dipakai untuk konsumsi akhir, baik barang dan jasa yang habis pakai dalam tempo setahun atau kurang (durable goods) maupun barang yang dapat dipakai lebih dari setahun/barang tahan lama (non-durable goods).
  • Konsumsi Pemerintah (Government Consumption)
Yang masuk dalam perhitungan konsumsi pemerintah adalah pengeluaran-pengeluaran pemerintah yang digunakan untuk membeli barang dan jasa akhir (government expenditure). Sedangkan pengeluaran-pengeluaran untuk tunjangan-tunjangan sosial tidak masuk dalam data statistic PDB, pengeluaran konsumsi pemerintah nilainya lebih kecil daripada pengeluaran yang tertera dalam anggaran pemerintah (sisi pengeluaran anggaran Negara).
  • Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (Investment Expenditure)
Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) merupakan pengeluaran sektor dunia usaha. Pengeluaran ini dilakukan untuk memelihara dan memperbaiki kemampuan menciptakan / meningkatkan nilai tambah. Termasuk dalam PMTDB adalah perubahan stok, baik berupa barang jadi maupun barang setengah jadi. Untuk mengetahui berapa potensi produksi akan lebih akurat bila yang dihitung adalah investasi neto (net investment), yaitu investasi bruto dikurangi penyusutan. Penghitungan PMTDB ini menunjukkan bahwa pendekatan pengeluaran lebih mempertimbangkan barang-barang modal yang baru (newly capital goods). Barang-barang modal tersebut merupakan output baru, karena itu harus dimasukkan dalam perhitungan PDB.
  • Ekspor Neto (Net Export)
Yang dimaksud dengan ekspor bersih adalah selisih antara nilai ekspor dengan impor. Ekspor neto yang positif menunjukkan bahwa ekspor lebih besar dari pada impor. Begitu juga sebaliknya. Perhitungan ekspor neto dilakukan bila perekonomian melakukan transaksi dengan perekonomian lain (dunia).
Metode ini mencoba menghitung pendapatan nasional dengan cara menjumlahkan semua pengeluaran, baik yang dilakukan oleh rumah tangga konsumen (C), rumah tangga swasta/produsen (I), rumah tangga pemerintah (G), dan export netto (X – M). Secara matematis persamaan identitasnya dapat ditulis sebagai berikut :
Y = AE = C + I + G + (X – M)
AE = Aggregate Expenditure
Y = Pendapatan Nasional
Hasil perhitungan dengan menggunakan metode pengeluaran sering dinamakan sebagai produk nasional bruto = PNB (gross national product = GNP).
SIRKULASI ALIRAN PENDAPATAN
1.Gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan perusahaan
2a. Pajak Pendapatan                                                  2b. Pajak Pendapatan
Perusahaan                                                                    Individu
PERUSAHAAN
PEMERINTAH
RUMAH TANGGA
  1. Pengeluaran pemerintah
  1. Konsumsi rumah tangga
  1. Tabungan
LEMBAGA
KEUANGAN
PENANAM
MODAL
6. Investasi
LUAR NEGERI
8. Ekspor                                                                             5. Impor
Siklus aliran pendapatan adalah suatu bagian yang menunjukkan aliran pendapatan dan perbelanjaan yang berlaku dalam suatu perekonomian. Sirkulasi aliran pendapatan tersebut dapat dibedakan dalam beberapa bentuk, dan bentuknya tersebut dibuat sesuai dengan analisis ekonomi yang akan dibahas. Dalam analisis makroekonomi biasanya sirkulasi aliran pendapatan itu dibedakan kepada tiga bentuk, yaitu untuk perekonomian dua sektor, tiga sektor dan perekonomian empat sektor atau perekonomian terbuka. Sirkulasi aliran pendapatan untuk perekonomian terbuka memberi gambaran yang paling mendekati kepada keadaan yang sebenarnya berlaku dalam setiap perekonomian.
Pada dasarnya sirkulasi aliran pendapatan yang digambarkan dalam analisis makroekonomi menunjukkan interaksi diantara sektor perusahaan dengan sektor-sektor yang menjadi pembeli barang-barang yang diproduksikan sektor perusahaan. Aliran pendapatan timbul sebagai akibat (i) penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki rumah tangga dan (ii) aliran pajak dan pungutan pemerintah yang lain. Sedangkan aliran pembelanjaan timbul sebagai akibat pembelian-pembelian ke atas barang dan jasa yang dihasilkan sektor perusahaan oleh rumah tangga, pemerintah dan penduduk luar negeri. Sesuai dengan sifat terwujudnya aliran pendapatan dan pembelanjaan ini, sirkulasi aliran pendapatan dapat digambarkan seperti dalam gambar di atas.
Aliran (1) menggambarkan aliran pendapatan dari sektor perusahaan ke arah sektor rumah tangga sebagai akibat dari penggunaan faktor—faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang dan jasa. Aliran itu meliputi (i) gaji dan upah, yang merupakan pendapatan tenaga kerja, (ii) sewa, yang merupakan pendapatan tanah dan bangunan, (iii) bunga yang merupakan pendapatan dari modal, dan (iv) keuntungan yang merupakan pendapatan pemilik perusahaan. Sebagian dari pendapatan itu tidak diterima oleh rumah tangga. Keuntungan perusahaan-perusahaan harus membayar pajak keuntungan, sedangkan pendapatan rumah tangga yang lain harus membayar pajak pendapatan perseorangan. Aliran pajak atau “pendapatan/penerimaan pemerintah” ini digambarkan oleh aliran (2a) dan (2b).
Setelah dikurangi pajak, pendapatan rumah tangga akan digunakan untuk membiayai beberapa kegiatan perbelanjaannya atau di tabung. Yang paling penting adalah untuk membeli barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhannya. Ini berarti, sebagian besar pendapatan rumah tangga digunakan untuk membeli barang dan jasa dari sektor perusahaan ditunjukkan oleh aliran (3) dan sebagian lainnya dari luar negeri (barang impor) yang ditunjukan oleh aliran (5). Sisa pendapatan rumah tangga yaitu setelah dikurangi oleh pajak pengeluaran untuk konsumsi, dan pengeluaran untuk membeli barang impor akan di tabung di lembaga-lembaga keuangan. Aliran tabungan ditunjukkan oleh aliran (4). Lembaga-lembaga keuangan akan meminjamkan dana yang didapati dari tabungan rumah tangga kepada penanam modal.
Disamping dibeli oleh rumah tangga, barang dan jasa yang diproduksikan oleh sektor perusahaan dibeli pula oleh penanam modal, pemerintah dan perusahaan dan penduduk Negara-negara lain. Perbelanjaan ini berturut-turut ditunjukkan oleh aliran-aliran (6), (7), dan (8). dalam analisis makroekonomi, keseluruhan perbelanjaan ke atas produksi sektor perusahaan dinamakan sebagai perbelanjaan agregat, yaitu jumlah perbelanjaan yang dilakukan oleh berbagai golongan pembeli ke atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh sesuatu perekonomian.
Sirkulasi aliran pendapatan seperti yang ditunjukkan dalam gambar telah dapat memberi gambaran kasar mengenai pola aliran-aliran pendapatan dan perbelanjaan yang berlaku dalam suatu masyarakat. Aliran seperti itu digambarkan berdasarkan kepada analisis makroekonomi mengenai penentuan tingkat kegiatan perekonomian. Sebagai suatu gambaran kasar tentunya ada beberapa pemisalan yang bertujuan untuk menyederhanakan dari keadaan yang sebenarnya. Sebagai contoh, tidak semua tabungan disalurkan ke lembaga keuangan. Ada tabungan yang digunakan untuk membeli tanah atau ternak. Begitu pula, tidak semua dana tabungan dipinjamkan untuk investasi. Ada juga yang dipinjamkan kepada pemerintah atau konsumen. Contoh lain : barang-barang impor bukan saja dibeli oleh rumah tangga tetapi juga oleh perusahaan dan pemerintah.
Dalam kegiatan yang sebenarnya berlaku dalam perekonomian, aliran-aliran yang berlaku diantara sektor perusahaan dengan sektor-sektor yang membeli barang dan jasa terdiri dari dua jenis aliran, yaitu aliran benda dan aliran keuangan. Diantara sektor perusahaan dengan sektor rumah tangga, merupakan ganjaran kepada aliran faktor-faktor produksi dari sektor rumah tangga ke sektor perusahaan, dan aliran (3) yaitu aliran perbelanjaan konsumsi rumah tangga merupakan pembayaran ke atas aliran barang dan jasa dari sektor perusahaan ke sekor rumah tangga. Aliran perbelanjaan yang dilakukan oleh sektor-sektor pemerintah, penanaman modal dan luar negeri akan menyebabkan aliran barang dan jasa ke sektor-sektor tersebut. Dalam gambar aliran 0aliran benda yang berwujud tidak ditentukan oleh karena aliran keuangan dengan sendirinya telah menerangkan berlakunya aliran-aliran benda tersebut.
Dalam perhitungan pendapatan nasional, nilai pendapatan dan perbelanjaan yang dihitung adalah nilai aliran yang berlaku dalam suatu tahun tertentu. Aliran pendapatan faktor-faktor produksi ditentukan nilainya dengan memperhatikan nilai gaji dan upah, sewa, bunga dan keuntungan yang diperoleh dalam satu tahun. Demikian pula, nilai perbelanjaan pemerintah menunjukkan jumlah nilai perbelanjaan ke atas barang dan jasa yang dilakukan pemerintah pada suatu tahun tertentu.
Dari Nilai Atas Dasar Harga yang Berlaku Ke Nilai Atas Dasar Harga Konstan
Meningkatnya pendapatan seseorang konsumen setinggi dua puluh persen, misalnya, tidaklah langsung berarti daya beli yang diperoleh konsumen tersebut meningkat dengan dua puluh persen juga. Jumlah barang-barang dan jasa-jasa yang dapat dibelinya mungkin meningkatkan lebih tinggi, mungkin juga lebih rendah dari dua puluh persen, mungkin sama sekali tidak berubah dan mungkin juga bahkan menurun, tergantung kepada tinggi rendahnya perubahan tingkat harga yang terjadi pada kurun waktu yang sama. Apabila tingkat harga tidak mengalami perubahan daya beli konsumen tersebut meningkat dua puluh persen. Apabila tingkat harga meningkat persis setinggi kenaikan pendapatan nominal yang diperoleh, maka daya beli yang diperoleh konsumen tidak berubah, tidak naik dan juga tidak turun. Apabila tingkat harga naik tetapi di bawah dua puluh persen, maka berarti daya beli yang diperolehnya naik lebih rendah dari pada kenaikan pendapatan nominalnya. Selanjutnya apabila tingkat harga meningkat lebih dari dua puluh persen, maka berarti daya beli yang diperoleh konsumen bahkan menurun. Sebaliknya kalau dalam kurun waktu tersebut terjadi penurunan tingkat harga, maka daya beli yang diperoleh konsumen meningkat dengan persentase yang lebih tinggi daripada persentase kenaikan pendapatan nominal yang diperolehnya.
Dari uraian di atas jelas bahwa dengan adanya perubahan tingkat harga, angka perubahan pendapatan nominal tidak dapat memberikan gambaran tentang perubahan daya beli si penerima pendapatan. Besarnya daya beli yang diperoleh dari pendapatan dapat kita perbandingkan dari tahun ke tahun apabila tingkat harga tidak mengalami perubahan. Ini berarti bahwa nilai variabel yang dinyatakan atas dasar harga tahun yang sama dapat diperbandingkan nilai nyatanya. Dengan demikian maka hubungan antara variabel yang dinilai atas dasar harga yang berlaku dengan yang dinilai atas dasar harga konstan perumusannya adalah sebagai berikut :
Vhk = Vhb x       IH tahun dasar
IH tahun bersangkutan
Dimana :
Vhk       : nilai variabel ekonomi atas dasar harga konstan
Vhb      : nilai variabel ekonomi atas dasar harga berlaku
IH        : indeks harga
Rumus di atas berlaku untuk semua variabel-variabel ekonomi yang menyangkut kegiatan-kegiatan atau transaksi-transaksi ekonomi, seperti misalnya produk nasional, pengeluaran konsumsi, pengeluaran investasi, pengeluaran pemerintah, transfer, pemerintah, pajak, ekspor, impor dan sebagainya.
“Kelemahan Konsep Pendapatan Nasional”
Merupakan kesepakatan bank dunia, bahwa pendapatan nasional adalah salah satu ukuran prestasi ekonomi dan kemakmuran suatu Negara. Namun konsep ini mempunyai kelemahan-kelemahan sebagai berikut.
  1. Pertumbuhan ekonomi atau GNP/GDP, tidak menggambarkan keadaan ekonomi secara individu. Kenyataan menunjukkan ada perbedaan pertumbuhan persektor atau antara unit dalam satu sektor, sehingga tidak menggambarkan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
  2. Perhitungan pendapatan nasional yang tertuang dalam produk nasional bruto (PNB) di Negara berkembang pada umumnya tidak dapat dilakukan secara tepat, sebab sulit untuk mengetahui barang-barang yang dihasilkan oleh rumah tangga yang khususnya ditujukan untuk konsumsi. Misalnya tanaman pekarangan, sekiranya barang tersebut tidak diperhitungkan dalam PNB, maka dengan sendirinya tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
  3. Dalam perhitungan Produk Nasional Bruto (PNB) / Gross National Product (GNP) sangat sulit menemukan data yang konkrit tentang kegiatan murni sesuatu unit ekonomi, sehingga sering kali terdapat perhitungan dua kali (double counting)
  4. Tingkat harga yang berbeda antara Negara yang satu dengan Negara yang lainnya, sehingga sulit menggunakannya sebagai bahan perbandingan pendapatan nasional Negara lain. Kesulitan ini dapat di atasi dengan menggunakan harga konstan, akan tetapi akan sering sekali terjadi tahun dasar yang digunakan di Negara lain berbeda dengan tahun dasar yang digunakan di Indonesia.
  5. Dalam prakteknya data GNP digunakan tidak hanya sebagai ukuran berapa banyak yang sedang di produksi, tetapi juga sebagai ukuran kesejahteraan penduduk suatu Negara. Para pakar ekonomi dan politikus berbicara seolah-olah adanya kenaikkan GNP riil berarti rakyat lebih baik keadaanya. Akan tetapi, data GNP / PNB sama sekali bukanlah ukuran yang sempurna baik untuk output perekonomian maupun kesejahteraan (welfare).
KESIMPULAN
Setiap Negara akan selalu menghitung pendapatan nasionalnya, yaitu nilai produksi dalam perekonomian, untuk mengetahui nilai output yang diciptakan dalam Negara itu pada suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional merupakan suatu ukuran penting dalam menentukan sejauh mana tingkat kegiatan ekonomi yang dicapai sesuatu Negara. Terdapat beberapa konsep dalam pendapatan nasional, diantaranya Produk Domestik Bruto (Gross Domestic Product), Produk Nasional Bruto (Gross National Product), Produk Nasional Neto (Net National Product), Pendapatan Nasional (National Income), Pendapatan Individu (Personal Income), dan Pendapatan Disposebel (Disposable Income). Tiga metode dapat digunakan untuk menghitung pendapatan nasional, yaitu metode produksi, metode pendapatan dan pengeluaran.
Menghitung pendapatan nasional suatu Negara bukanlah kerja yang mudah. Dalam perekonomian tidak terdapat informasi yang lengkap mengenai kegiatan produksi dan nilai barang dan jasa yang diwujudkan oleh setiap kegiatan ekonomi. Masalah utama yang dihadapi dalam menghitung pendapatan nasional adalah : masalah mengumpulkan data, masalah menentukan jenis kegiatan yang produksinya perlu dihitung dalam menentukan pendapatan nasional, masalah perhitungan dua kali, masalah menentukan harga barang dan masalah kenaikan harga dan perubahan kuantiti barang, perlu dipertimbangkan. Kegunaan utama data pendapatan nasional adalah menentukan prestasi kegiatan ekonomi pada suatu waktu tertentu, mengetahui tingkat pertumbuhan perekonomian yang berlaku dari tahun ke tahun dalam jangka panjang, menunjukkan peranan tiap sektor dalam perekonomian, menentukan perubahan struktur ekonomi yang berlaku dalam suatu periode tertentu, menggambarkan taraf kemakmurann masyarakat dan perubahannya dari waktu ke waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, A., & Glassburner, B. (1985). Teori dan Kebijaksanaan Ekonomi Makro. Jakarta: LP3S.
Dornbusch, R., & Fischer, S. (2008). Makroekonomi. Jakarta: Erlangga.
Putong, I. (2002). Pengantar Ekonomi Mikro dan Makro. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Rahardja, P., & Manurung, M. (2008). Pengantar Ilmu Ekonomi (Mikroekonomi & Makroekonomi). Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Sobri. (1990). Ekonomi Makro. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Islam Indonesia.
Soediyono. (1989). Ekonomi Makro : Pengantar Analisis Pendapatan Nasional. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta.
Sukirno, S. (2005). Makroekonomi Modern. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Sukirno, S. (2006). Makroekonomi Teori Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Zakaria, J. (2009). Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: Gaung Persada Press.

No comments:

Post a Comment

Ceramah Online